Laman

In The Name of Allah

In The Name of Allah

Sabtu, 29 Desember 2012

Surat Cinta untuk Laskar Pembinaan

Sejenak bersyukur sudah melewati masa kepengurusan sebagai pelayan di departemen pembinaan fppi fik ui 2012.. Gugur sudah segala amanah yang dipikul di pundak ini.

Namun beberapa jenak seolah merasa banyak bersalah karena masih jauh diri ini dari kriteria seorang pelayan yang baik, masih ada program kerja yang belum memenuhi kriteria keberhasilan, masih belum dapat memberikan rasa sayang penuh kepada jundi-jundi terbaik (Hilda Meiryandah, Dwanti Retno Asih, Hanun Isna Mutia, Beningtyas Kharisma Bestari, Elvyna Trinanda Daeng, Yulia Puji Sulistyani, Moh. Hamilun Ni’am, Gyanita Novelia), masih belum menjaga kesehatan dengan baik disela-sela kesibukan dan keharusan membersamai kalian, yahh masih banyak sekali kurangnya.

Beberapa jenak kemudian, rasa syukur ini semakin penuh, tatkala mengingat perjuangan setiap jundi terbaik, yang Allah kirimkan pada saya. Yang senyumnya manis merona saat disapa, saat bercengkrama dalam kehangatan rabid. Ahh, apalagi hal bahagia tiap dua pekan sekali selain membersamai kalian dalam lingkaran cinta ini.

Hilda, sekjen saya yang manjanya menyemangati, awal-awal sedikit bingung untuk berkomunikasi denganmu, karena aktivitasmu banyak sekali nduk. Seakan “kami” tidak dilirik, namun lagi-lagi harus husnudzan, melalui pendekatan-pendekatan personal dirimupun dapat kami dekati kembali.. Jazakillah atas manjaanmu yang selalu menggugah semangat. Kangen panggilan “ajjus” :’)

Dwanti, bendahara pembinaan yang semangatnya juga tak kalah. Optimismenya perlu dicontoh, ingat dulu saat pembagian amanah, sy minta teman-teman untuk menuliskan bidang yang paling teman-teman minati, belum diminta untuk menulis, dewe (sapaan hangatnya) ini sudah mulai berorasi tentang bagaimana mengatur keuangan di dept.pembinaan. Sudah menduga, pasti pilihannya akan di bendahara, dan betul, saya pun mempercayainya. Cuma terkadang memang sedikit gemes, adik yang satu ini begitu kepo dan nanya macam-macam yang sebenarnya bukan untuk kepentingannya (peace dek) terkadang sampai membuat saya gemasnya membahana. Namun perlahan dengan mendekati secara personal juga, bahwa tak setiap hal menjadi apa yang harus ia ketahui. Ada masanya semua harus tahu, ada masanya juga hanya beberapa yang boleh mengetahuinya. Poko’e semangat terus dik. Lanjutkan keterampilan orasimu untuk amanah selanjutnya.

Hanun, si kecil yang pendiamnyaaa mengalahkan saya. Dulunya saya pendiam lhoo, tapi bingung juga sekarang jadi begini. Dan si kecil nan manis ini diamnya bisa mengalahkan saya saat dulu. Saya masih ingat sekali awal ketertarikannya pada pembinaan. Dulu saya iseng-iseng aja sebenarnya, saat bertemu di halte, sebagai kakak yang suka sok kenal dengan adiknya, “Dek, rencana mau organisasi di mana?” dengan polosnya adik manis ini menjawab ingin di kemuslimahan Fppi. Saya tanya mengapa, jawabannya hampir sama dengan rerata akhwat-akhwat yang ingin syiar di kemuslimahan. Tetiba terinspirasilah saya untuk menggambarkan sejenak tentang dakwah pembinaan (saat itu posisi saya sudah di amanahkan menjadi pelayan dept.pembinaan) Dengan segala tetek bengeknya saya utarakan kepada hanun. Dan esoknya saya tersenyum manis saat formulir yang berisikan nama hanun terdapat pilihan Dept.Pembinaan. Langsung kemudian di wawancara oleh BPHI, dan alhamdulillah tergabunglah dirimu di sini dik. Semangat tarbiyahnya keren, semoga bisa menjadi penerus kakak (yang belum keren ini) di tahun depan J

Bening, si mungil ini sangat amanah saat ada instruksi yang datang. Senang sekali jika melihat semangatnya ketika diberikan amanah. Jangan ditanyakan lagi, pasti insyaallah langsung dikerjakan. Jiwa semangatnya ini juga dibarengi dengan rajinnya bertanya-tanya pada apa yang belum ia mengerti, sehingga saya bisa mengetahui apa yang ia butuhkan dan apa yang bisa ia kerjakan mandiri. Salut dek atas ke keamanahanmu. Dipertahankan selalu ya. Pembawaanya yang bijak juga menajdi kenikmatan tersendiri bagi kakak untuk dilihat.. Semoga Allah selalu menginstiqomahkanmu untuk semangat selalu dalam kebaikan.

Epi, adikku satu ini juga semangatnya luar biasa, walaupun terkadang suka lupa terhadap amanah yang sedang dipikulnya, namun ketika diingatkan langsung bisa bangkit lagi. Si penyuka pink, kaka sangat suka dengan semangat perbaikanmu. Di satu tahun ini, kaka selalu mengamati perkembangan jundi-jundi pembinaan, dan rupa-rupanya epi selalu menghantarkan hal-hal baru (yang bersifat kebaikan). Istiqomah selalu untuk menjadi akhwat sejati ya dek. I miss u

Yulia, ini adik paling lucu menurut saya. Jika belum mengenal mungkin akan mengira pendiam, cuek yang dudukung dengan perawakannya yang tinggi semampai. Namun ketika sudah mengenal, yulia ini sangat lucu, apalagi ketika berbicara, suaranya imut sekali. Ingat saat teambuilding dahulu, yulia mengatakan “Kak zahra itu suaranya lembut sekali” yulia mengatakan demikian dengan didukung suaranya yang lembut pula. Sontak semua laskar pembinaan tertawa, begitupun saya, sampai terheran-heran juga kenapa adik ini berkata demikian. Sama juga seperti epi, yulia pun banyak mengalami perbaikan, khususnya jadi semakin terbuka dan “ramai” ketika berbincang dengan kami, semoga bukan karena virus buruk yang menghinggapimu ya nak. Namun karena sedang turut mengikuti cara Rasulullah yaitu berbicara sesuai bahasa kaumnya.. Maklum terkadang kaum pembinaan suka bercanda ngga jelas, namun kami kompak! Semangat selalu ya yulia sayang J

Niam, satu-satunya ikhwan yang berada di departemen ini. Niam ini sangat berbakti pada instruksi, juga sangat terbuka pada amanah yang sedang ia emban. Dulu ingat sekali saya saat niam baru-baru menjadi PO Mekkah, setiap bertemu saya entah di manapun selalu ingin menceritakan perkembangan Mekkah, entah hambatan progress atau apapun. Jadi saya bisa langsung update dengan cepat berita Mekkah langsung dari Niam. Meski sekarang-sekarang sedang sangat sulit dihubungi, mudah-mudahan karena operator yang sedang tidak bersahabat ya dek, bukan karena sedang tak mau untuk berkomunikasi J #menyalahkanoperator :p .. Tetap semangat untuk amanah thn depan, dengar-dengar mau ke BPM FIK, semoga Allah menuntunmu utk selalau berbuat baik di sana.

Ka gya, kaka ini satu-satunya angkatan 2009 yang ada di dept.pembinaan. Semangatnya juga tak kalah dengan yang lain. Alhamdulillah tak pernah ada kecanggungan dalam berkomunikasi dengan beliau, karena sebelumnya kami susah pernah satu bidang, jadi sedikit-sedikit sudah tau karakter beliau dan bagaimana harus berkomunikasi. Kaka ini amanah sekali dalam hal konfirmasi, alhamdulillah selalu konfirmasi dalam hal apapun ketika saya sms. Meski kehadiranya sering kami rindukan, karena aktifitas beliau yang sedang skripsi juga ngajar di mana-mana, setidaknya beliau selalu mengkomunikasikan kpd saya atas ketidakhadirannya. Terus semangat menuju kelulusannya kak, smg bisa jadi sarjana yang juga berafiliasi dalam dakwah J

Bersyukur sekali, Allah menempatkan saya di amanah ini, sehingga dapat mengenal manusia-manusia hebat seperti kalian. Maafkan jika banyak salah selama satu tahun kepengurusan ini. Tetap semangat untuk amanah-amanah yang sudah menanti di tahun depan. Semoga Allah selalu melindungi kita dalam setiap aktivitas, melancarkan gerak dakwah selanjutnya, dan mengekalkan tali ukhuwah ini hingga ke Jannahnya..

“Kuntum khaira ummah ukhrijat linnasi ta’muruna bil ma’rufi wa tanhauna ‘anil munkar wa tu’minuna billahi.” Manusia-manusia pilihan adalah mereka yang terlibat aktif melakukan perbaikan, mencegah terjadinya kemungkaran dengan usaha-usaha pembebasan, pembelaan pada yang lemah, dan beriman kepada Allah. (Q.S Ali Imran 110)

Uhibbukum fillah ^_^

Jumat, 28 Desember 2012

Peringatan Dari si "Sakit"

Kemarin pagi rasanya semangat dan fresh merasuki tiap pori di tubuh, meski belum memasukan makanan sekepingpun ke dalam mulut..
Kaki melangkah dengan pasti karena hari kemarin adalah hari terakhir kuliah dan ujian di semester 5 ini.
Pokoknya jiwa optimisme udah merasuk di kalbu (^_^)
Namun tetiba berubah drastis saat keluar dari kampus, badan terasa dingin, berkeringat dingin, sekitar mata dan bibir saya terlihat kebiruan, padahal tak ada tanda-tanda mau sakit sebelumnya..
Rencana ingin beli keperluan ini itu, termasuk manset hitam karena manset hitam sy sudah robek. Dengan bismillah sy jalan aja menuju toko busana muslim untuk membeli manset (jika bukan karena butuh sayapun enggan untuk memaksakan diri)..
Di sana sambil memilah milih mana manset yang nyaman untuk dipakai. Dalam kegalauan memilih tetiba saya ambruk jatuh ke lantai. Meski bukan pingsan intinya saya merasa sedang sangat lemas, pandangan mulai kabur dan kepala seakan-akan sedang diikat kencang (jangan dibayangkan rasa pusingnya).. Hingga saya tak bisa menahan diri saya untuk berdiri.
Sembari saya mencari air, karena biasanya di toko ini sedia air kemasan. Namun tak ada, mungkin sudah tak menjual lagi..
Kemudian saya panggil salah satu karyawan di toko ini, "Mba sedia air ngga di sini ?" Dengan cekatannya mba ini langsung berteriak kepada karyawan di belakang untuk mengambilkan gelas.. Saya di berdirikan dan disandingkan segelas air bening. "Ini Mba, silahkan diminum. Maaf ya airnya dingin, ngga ada air hangatnya."
"Ngga apa-apa Mba, terimakasih banyak, mohon maaf saya merepotkan sekali di sini", sahut saya.
"Iya Mba, ngga apa-apa", kata Mbanya.
Setelah itu saya buru-buru membayar manset yang sudah saya pilih, sambil mengucap terimakasih dan maaf (lagi) kepada si Mba serta memberi salam..
Segera saya mencari ojek untuk mengantarkan hingga depan rumah kontrakan.

Benar-benar menjadi pelajaran berharga hari kemarin..
Punya tubuh, udah di kasih lengkap sama Allah, mbok ya di jaga baik-baik..
Setidaknya "sedia payung sebelum hujan", persiapkan sebelum datang sakit.
Sudah tau mau ujian, pakai ngga makan dan ngga minum dulu, udah gitu kemarin sorenya bolos makan juga.. #duhh
Punya mulut, hati dan pikiran, mbok ya di pakai buat berdoa yang khusyu'..
Minta sama Allah buat dijaga dan dikuatkan tubuhnya, dihindarkan dari sakit.

Allahumma 'afini fii badani
Rabb, semoga besok bisa mulai beraktivitas lagi dengan baik dan dengan penuh semangat
\(^o^)/
Allahumma aamiin..

Oleh Ayyu Zahara, masih ingin berkisah dalam sakit

Minggu, 23 Desember 2012

Menjaga Izzah dan Iffah


Sedih, malu.. semakin hari semakin banyak wanita yg tidak bisa menjaga #izzah dan #iffah nya. Apakah mmg ini tanda akhir zaman ? #istighfar
Shalihah, dua hal utama yang harus dijaga oleh seorang muslimah adalah #izzah dan #iffah :')
#Izzah adalah kehormatan perempuan sebagai seorang muslimah :)
#Iffah adalah bagaimana seorang muslimah dapat menjaga kesucian dirinya dengan menjadikan malu sebagai pakaian mereka :')
Fenomena yang wajar di usia2 sepantaran sy ya memang tentang VMJ, yg trkadang bisa merusak #izzah & #iffah khususny pd aktipis dakwah :p. Bahkan ada gitu akhwat yang dengan beraninya menyatakan perasaannya kepada seorang ikhwan secara gambling.. oh noo!
Padahal Bunda Khadijah ra, telah mencontohkan dengan santun bagaimana mengungkapkan perasaannya kepada seorang Muhammad :'). Juga seorang Fatimah yg lebih memilih menyimpan rasa kagumnya pada Ali, hingga syaitan pun tak mampu menembus alam prasaan mereka.. salut :). Bagaimana beliau semua mencontohkan kepada kita semua tentang hakikah menjaga #izzah dan #iffah sebagai seorang muslimah. #perludicontoh :).
Kita ini manusia, sesholeh apaun tetap saja manusia, yg dengannya Allah anugerahi rasa cinta, benci, suka, sayang, dll. Allah tlah mngatur bgm seharusny kita mnata hati kita. Yaitu dg mengembalikan semuanya kepada Allah & memusatkn cinta kita hnya pada-Nya :'). Kuncinya, hati-hati dengan interaksi walau atas nama urusan dakwah atau apapun lah, meski hanya lewat sms atau dunia maya. Syaitan tdk hanya brtebaran di dunia nyata, trkadang di dunia maya pun mereka turut bertebaran, menggoda #izzah & #iffah yg sdh dimiliki. Hijab yg begitu dijaga saat di dunia nyata, bhkan sampai ghadul bashar sekalipun, tetiba hilang hangus terbuang ketika di dunia maya #sad :( Tak ada lagi yang tersisa dari #izzah #iffah yang sering kamu banggakan di ‘dunia nyata’, hilang begitu saja.. #istighfar #ntms.
Sadarkah bahwa #izzah & #iffah mu sangat berharga (?) Justru perjuangan menjaga keduanya lebih sulit ketika kita di dunia maya. Di dunia maya, semua dipersatukan dengan bermodalkan “ukhuwah“.Benarlah mmg kamu harus menjaga “ukhuwah“, namun perlu kamu pahami dan cermati bahwa seringkali para ikhwan genit dan akhwat genit berkeliaran di dunia mayamereka mencari "korban" yg mau ditukarkan #izzah #iffah nya untuk kepuasan sesaat di ‘dunia maya’. #istighfar #sad :( Mungkin di awal kamu akan menemukan bahwa mereka sangat perhatian denganmu, namun dibalik itu semua mereka mulai merayumu | oh noo! Tak ayal lagi, krn kamu mrsa bhw dumay hanya ‘dunia maya’ maka kamu lepaskan #izzah #iffah mu krn kamu yakin bahwa dumay tlh terhijab.. Krn dumay hanyalh sgelintir tulisan yg menyejukkn hati, tpi kamu lupa bhw kamu tdk akan pernah lepas dari yg namany “aktivitas hati” #NahIni
So, jagalah #izzah #iffah mu layaknya barang berharga yang harus kamu genggam erat atau kamu simpan selayaknya barang berharga :'). Sesungguhnya, kita di minta utk mjaga #izzah #iffah dimanapun kita berada. Tak hanya di dunia nyata, namun jg dunia maya.. #senyumanis :) Krn aturan yg haq & keindahn islam tentu tak hnya ada di dunia nyata / dumay. Namun jg ada di hatimu, krn Allah sll akan dekat denganmu. :')

Dibuat dengan doa tulus untuk sdr-ku semua agar selalu menjaga izzah dan iffahnya :')
By Ayyu Zahara
Depok, 17 Des 2012

Kamis, 22 November 2012

Catatan Senin Senja: Teruntuk Orang Baik

Bismillah... 
Ingin berkisah tentang orang baik yang saya temui senja ini.. 
Hari ini pulang cukup malam karena suatu agenda, biasanya kalau pulang malam sy membawa teman akhwat buat mabit di rumah, sekalian supaya ada teman pulang, namun malam ini sndiri.. Tak apalah :)

Tetiba... 
"Assalamu'alaykum, mau bareng ?" 
Bunyi motor dan senyuman manis seorang akhwat menggodaku tuk menggoncengnya.. 
Ragu ? Iya sedikit krn tdk kenal, hanya identitasnya karena berhijab panjang yg mmbuat sy percaya. 
Dengan senyum ramahnya "Mau ke arah Masjid Al-Hidayah kan ? Yuk brg aja.." 
Duhh, kok tau ya, dalam hati terheran2.. 

"Ngga usah, ngga apa2..", Tolak sy dg halus. 
"Ayuk ikut aja.. Biar bareng sekalian.", Pinta akhwat ini. 
Tanpa pikir panjang, karena lelah, baiklah sayapun menggonceng.. 

"Habis ada tugas ya ?" 
"Engga kak, br selesai sidang verifikasi.." 
"Kandidat ya ?" 
"Ohh bukan ko kak :)" 
"Hmm, kalau gitu panitia pemira ya ?" 
"Ohh bukan juga kak, sy TS :)" 
"TS dr BEM atau DPM ?" 
"Dari BPM kak.." 
"Ohh TSnya Rivan ya ?" 
(Gubraak.. Lhaa, ko jadi jauh banget) Sy disangka anak MIPA rupanya.. 
"Bukan kak, saya zahra dr FIK angkatan 2010, TSnya rizka (BPM FIK).." 
"Ohh zahra.." (Nadanya seolah sdh mengenal sy sebelumnya) 
Dan akhirnya kami pun berkenalan satu sama lain, dengan saksi jok motor dan hembusan angin malam kapuk.. 
Dilanjut dengan perbincangan sedikit mengenai politik kampus hingga putaran roda motor berhenti tepat di depan Masjid Al-Hidayah.. 
Uhuuy, pokoknya jazakillah khair atas kebaikan kk, smg Allah membalas dengan kebaikan yg lebih dn melindungi kk dlm setiap aktivitas.. 
Senang bertemu denganmu, meski tak sengaja.. 

Insyaallah, orang2 yang selalu berkeinginan untuk berbuat baik, akan banyak dikelilingi oleh orang2 yang selalu berkeinginan berbuat baik pula.. 

Terucap tulus terimakasih, Ayyu Zahara 
Depok, 19 Nov 2012 23:30

Senin, 29 Oktober 2012

Bagaimana Kontribusimu ?


"Aku lebih memilih ikut organisasi di sekitar rumahku dan tdk memilih berorganisasi di kampus krn aku harus merawat Ibu di rumah.. Coba bayangkan kalau kamu anak PP (pulang pergi), rumah jauh, anak satu2nya dan ayah kamu bekerja diluar kota yang pulangnya cuma sebulan sekali. Apa kamu masih bisa ninggalin Ibu sendirian di rumah dgn lebih mementingkan organisasi di kampus dan pulang larut malam ?"



Tertampar sekali dengan ucapan teman di atas..
Tak selamanya mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang) lepas dari kontribusi, mereka tetap masih berkontribusi dengan cara mereka, dan sesuai dengan kondisi hidup mereka..
Keep positive thinking !

Lalu bagaimana dengan kontribusimu ? ^^

Minggu, 07 Oktober 2012

Seorang Wanita itu

Seorang wanita itu tak hanya luar biasa, namun SANGAT luar biasa...
Ia menjadi cantik karena baktinya pada orang tuanya
Ia menjadi cantik karena taatnya pada suaminya
Ia jua menjadi cantik karena pengabdiannya pada madrasah anak2nya.
Itulah wanita... cantik luar biasa
(by ayyuzahara)


Buah inspirasi saat mendengar kisah Bunda Yoyoh dan Istri Gubernur Jawa Barat saat seminar CERMIN (Cerita Perempuan Indonesia)..
Yang kemudian puisi ini diperkenankan untuk dibacakan saat acara tersebut..
Great masyaallah..

Lomba She Games



Wajah serius ? Pasti
Siapa sih yang doyan bercanda kalau goals kemenangan dan persembahan terbaik sudah di depan mata ?
Satu jam lagi, whaa..

...

H-1 saya dan ghina sudah wanti-wanti menyusun konsep tentang handmade yang akan diperlombakan dalam She Games esok hari.
Mulai dari konten warna handmade, bentuk, hingga drescode yang akan kita kenakan, hihi :D
Sy (coklat muda) dan ghina (coklat tua) hanya berharap yang terbaik saja dari Allah, menang karena Allah, kalahpun pasti atas kehendak Allah.

Bergelut dengan 15 tim lain, berusaha mempresentasikan yang terbaik di hadapan juri..
Bismillah, pertandinganpun di mulai..
Empat produk kreasi jemari (handmade) yang insyaAllah bermanfaat, dan tak kalah unik pastinya.
Kami mendesainnya dengan tema "REaDy FOR LOVE"
Dengan makna :
Kami mendesainnya dengan penuh cinta, dan yang pasti akan kami berikan pada orang-orang tercinta
RED yang bermakna merah, karena seluruh produk yang kami buat mengandung unsur warna merah, karena merah ialah tanda cinta :)

...
Sepekan berlalu, (29-09-12)
tetiba bibir saya tersenyum merekah membaca pengumuman
Hand made, Juara 1 : Ayyu Zahara dan Ghina Sonia (UI)

Allahu Akbar ! Ini kuasa Allah
"Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang hendak engkau dustakan"

Semoga seluruh hasil karya ini membawa berkah bagi pembuat dan penerimanya, aamiin..

Foto produk handmadenya menyusul ya kawans ^^

Trik Mengkritik

Siapa sih yang nyaman kalau kesalahan kita diumbar2 di depan khalayak ramai ?
Islam itu mengajarkan cara yang baik lho dalam mengkritik ataupun menasihati seseorang yang salah (^_^)
Coba deh terapkan hadits Rasulullah ini :
”Barangsiapa hendak menasehati akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang-terangan, tapi peganglah tangannya dan pergilah berdua dengannya. Jika dia
menerima nasehatnya, itu baik, kalau tidak, orang itu telah menunaikan kewajibannya.” (HR Ahmad)


Nah jadi kalau memang sahabat atau orang disekitar kita ada yg punya kesalahan dan kita ingin menasihatinya, gunakanlah cara yang baik, lakukan secara personal.

Ini akan membuat nyaman kita dan pastinya orang yang akan kita nasihati.

Muslim itu, tau cara menyamankan hati saudaranya (^_^)



Sabtu, 25 Agustus 2012

Motivasi tuk Kader Dakwah

Oleh: Alm. Ust. Rahmat Abdullah *

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.
Ba’da tahmid wa shalawat
Ikhwah rahimakumullah, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat 19 Ayat 12 : …..

Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah …” (QS. Maryam (19):12)
*Judul Sebenarnya:Membangun dan Membina Militansi Kita

Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.
Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Namun kebatilan pun dibela dengan sungguh-sungguh oleh para pendukungnya, oleh karena itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan: “Al-haq yang tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil yang tertata dengan baik”.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Allah memberikan ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja tentu mereka tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang da’i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang lemah dan pengorbanan yang sedikit.

Ali sempat mengeluh ketika melihat semangat juang pasukannya mulai melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat dan berlaku seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi ragu-ragu dan gamang, sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan kalimatnya yang terkenal tersebut.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di dalamnya sebuah pesan abadi, pelajaran yang mahal dan kesan yang mendalam:
“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang teguh kepada perintah-perintahnya dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq”.(QS. Al-A’raaf (7):145)


Demikian juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12 :
“Hudzil kitaab bi quwwah” (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya juga diperintahkan oleh Allah untuk mengemban amanah-Nya dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan). Jiddiyah ini juga nampak pada diri Ulul Azmi (lima orang Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad yang dianggap memiliki azam terkuat).


Dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita: “Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian”.
Hendaknya kita melihat bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang usia yang tidak terlalu panjang, namun sejarah mereka seakan tidak pernah habis-habisnya dikaji dari berbagai segi dan sudut pandang. Misalnya dari segi strategi militernya, dari visi kenegarawanannya, dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya.

Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin meneguhkan hati kita. Seperti digambarkan dalam QS. 11:120, orang-orang yang beristiqomah di jalan Allah akan mendapatkan buah yang pasti berupa keteguhan hati. Bila kita tidak kunjung dapat menarik ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya ada yang salah dalam diri kita. Seringkali kurangnya jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dalam diri kita membuat kita mudah berkata hal-hal yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya: “Ah itu kan Nabi, kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan bukan istri Nabi”. Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk menarik ibrah dari keteladanan para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya.


Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Di antara sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.
Misalnya anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan kemudian dihabiskannya untuk berfoya-foya karena merasa semua itu didapatkannya dengan mudah, bukan dari tetes keringatnya sendiri. Boleh jadi dengan kemiskinan azam yang ada padanya akan membawanya pula pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di keluarga sederhana, namun memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya.

Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian derajat di sisi Allah. Tidak mungkin seseorang bisa keluar dari kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad, kemauan dan kerja keras.

Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana kesabaran, keuletan, ketangguhan dan kedekatan hubungannya dengan Allah membuat Nabi Musa as berhasil membawa umatnya terbebas dari belenggu tirani dan kejahatan Fir’aun.

Berkat do’a Nabi Musa as dan pertolongan Allah melalui cara penyelamatan yang spektakuler, selamatlah Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberangi Laut Merah yang dengan izin Allah terbelah menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir’aun beserta bala tentaranya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum yang tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala yang serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama menderita di bawah kezaliman Fir’aun dan kemudian diselamatkan Allah, tentunya merasa sangat bersyukur kepada Allah dan berusaha mengabdi kepada-Nya dengan sebaik-baiknya. Kurangnya iman, pemahaman dan kesungguh-sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.


Sekali lagi marilah kita menengok kekayaan sejarah dan mencoba bercermin pada sejarah. Kembali kita akan menarik ibrah dari kisah Nabi Musa as dan kaumnya.
Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.
“Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”.
“Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya”.

“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

“Mereka berkata: “Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.

“Berkata Musa: “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”.

“Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu”.

Rangkaian ayat-ayat tersebut memberikan pelajaran yang mahal dan sangat berharga bagi kita, yakni bahwa manusia adalah anak lingkungannya. Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh lingkungannya dan perubahan besar baru akan terjadi jika mereka mau berusaha seperti tertera dalam QS. Ar-Ra’du (13):11, “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai mereka berusaha merubahnya sendiri”.

Nabi Musa as adalah pemimpin yang dipilihkan Allah untuk mereka, seharusnyalah mereka tsiqqah pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti ketika mereka berputus asa dari pengejaran dan pengepungan Fir’aun beserta bala tentaranya yang terkenal ganas, Allah SWT berkenan mengijabahi do’a dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala kecemasan, keraguan dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS. Asy-Syu’ara (26):61-62, “Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi petunjuk kepadaku”.

Semestinya kaum Nabi Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran) bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan mendapatkan keberhasilan karena jaminan kesuksesan yang diberikan Allah pada orang-orang beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan para pendukung kebenaran. Namun kaum Nabi Musa hanya melihat laut, musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua itu sambil di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa kerja keras dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah “qaumun jabbarun” yang rendah, santai dan materialistik. Seharusnya mereka melihat bagaimana kesudahan nasib Fir’aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.

Seandainya mereka yakin akan pertolongan Allah dan yakin akan dimenangkan Allah, mereka tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa dan yakin pula bahwa mereka dijamin Allah akan memasuki Palestina dengan selamat.

Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, “In tanshurullah yanshurkum wayutsabbit bihil aqdaam” (Jika engkau menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).
Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah dan taat kepada Nabi-Nya, mereka dengan segala kedegilannya malah menyuruh Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. “Pergilah engkau dengan Tuhanmu”. Hal itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi, sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri itu.

Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi berupa ghomama, manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang dihukum.
Tetapi tetap saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila hanya mendapat satu jenis makanan.

Orientasi keduniawian yang begitu dominan pada diri mereka membuat mereka begitu kurang ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap pemimpin. Mereka berkata: “Ud’uulanaa robbaka” (Mintakan bagi kami pada Tuhanmu). Seyogyanya mereka berkata: “Pimpinlah kami untuk berdo’a pada Tuhan kita”.

Kebodohan seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak keluarga yang berstatus Muslim, tidak pernah ke masjid tapi mampu membayar sehingga banyak orang di masjid yang menyalatkan jenazah salah seorang keluarga mereka, sementara mereka duduk-duduk atau berdiri menonton saja.
Rasulullah saw memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau: “Kelak kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta dan sedepa demi sedepa”. Sahabat bertanya: “Yahudi dan Nasrani ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Siapa lagi?”.

Kebodohan dalam meneladani Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan para pemikul dakwah sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka mengambil keteladanan dari beliau secara tidak tepat. Banyak ulama atau kiai yang suka disambut, dielu-elukan dan dilayani padahal Rasulullah tidak suka dilayani, dielu-elukan apalagi didewakan. Sebaliknya mereka enggan untuk mewarisi kepahitan, pengorbanan dan perjuangan Rasulullah. Hal itu menunjukkan merosotnya militansi di kalangan ulama-ulama amilin.

Mengapa hal itu juga terjadi di kalangan ulama, orang-orang yang notabene sudah sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya pergeseran dalam hal cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.

Mentalitas Bal’am, ulama di zaman Fir’aun adalah mentalitas anjing sebagaimana digambarkan di Al-Qur’an. Dihalau dia menjulurkan lidah, didiamkan pun tetap menjulurkan lidah. Bal’am bukannya memihak pada Musa, malah memihak pada Fir’aun. Karena ia menyimpang dari jalur kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama jenis Bal’am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah.

Kader yang tulus dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan berfikir yang luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau berkelahi untuk memperebutkannya. Tetapi anjing yang ada di dekat cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan ia serasa melihat musuh di permukaan telaga yang dianggapnya akan merebut tulang darinya. Karena kebodohannya ia tak tahu bahwa itu adalah bayangan dirinya. Ia menerkam bayangan dirinya tersebut di telaga, hingga ia tenggelam dan mati.

Kebahagiaan sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada sesuatu yang fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada keabadian.

Nabi Yusuf as sebuah contoh keistiqomahan, ia memilih di penjara daripada harus menuruti hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di penjara, sementara yang salah malah bebas.

Ada satu hal lagi yang bisa kita petik dari kisah Nabi Yusuf as. Wanita-wanita yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk melihat Nabi Yusuf. Mereka mengiris-iris jari-jari tangan mereka karena terpesona melihat Nabi Yusuf. “Demi Allah, ini pasti bukan manusia”. Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.

Hal yang demikian bisa pula terjadi pada orang-orang yang punya cita-cita mulia ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada dan shalihin. Mereka tentunya akan sanggup melupakan sakitnya penderitaan dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan.

Itulah ibrah yang harus dijadikan pusat perhatian para da’i. Apalagi berkurban di jalan Allah adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita dari-Nya. Kita terlalu perhitungan dengan tenaga dan waktu untuk berbuat sesuatu di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita terhindar dari penyimpangan-penyimpangan seperti itu dan tetap memiliki jiddiyah, militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya. Amin.

Wallahu a’lam bis shawab

Rabu, 15 Agustus 2012

Sabtu, 11 Agustus 2012

Teruntuk Pribadi Pemenang




Kau pernah kan mengecap buah yang matang dan rasanya manis nan lezat ?
Ia tak semata menjadi manis secara tiba-tiba
Ada masanya ia menjadi buah yang sepat, lalu menjadi masam
Dan pada akhirnya ia tumbuh menjadi buah segar yang manis hingga di sukai banyak orang

Begitupun kemenangan
Menang tak semata menang secara tiba-tiba
Ada masa perjuangan yang membutuhkan ikhtiar dan doa
Ada masanya gagal, lalu bangkit
Hingga terciptalah kematangan pribadi nan kokoh untuk meraih kemenangan

Itulah proses kemenangan sesungguhnya
Berbeda dengan buah yang matang dengan adonan bahan kimia,
ia secara instan menjadi manis namun tak selezat buah yang matang pada prosesnya

Cilacap, 11 Agustus 2012
Ayyu Zahara

Minggu, 29 Juli 2012

Kau Kemanakan Izzah dan Iffahmu ?

Memang terkesan jadul sekali ketika saya ingin posting ilmu ini, namun inilah realitanya. Pemuda dunia kian kemari kian jadul. Hal-hal yang sudah terbukti salah dan dosa, namun enggan untuk ditinggalkan.
Astaghfirullah..

Berikut saya posting tulisan dari Group Jomblo sampai halal, smg bermanfaat.

Memangnya kalo nggak pacaran, kenapa sih?
Penasaran saya.....
Wara wiri di jejaring sosial membuat saya jadi melihat ‘timbul tenggelamnya’ status anak muda jaman sekarang. Status disini bukan postingan, tapi status yang berupa ‘in relationship with, engaged with, married with,..” ato bahasa Indonesianya “berpacaran dengan, bertunangan dengan, menikah dengan..”
apa ya yang dibanggakan oleh orang yang di fb nya terpampang “berpacaran dengan fulan/fulanah” (di luar kasus mereka yang sebenarnya sudah menikah, tapi ingin lebih asyik sengaja memasangnya sebagai ‘berpacaran’). Apakah bangga, apakah keren, apakah terlihat lebih laku daripada mereka yang memasang status ‘lajang’, dengan usia yang masih belasan ato dua puluhan? hmm.. apakah seperti itu membanggakan?

Kalo saya justru menganggap itu bahan olok2an saja. Bayangkan, kalau sebulan statusnya berubah-rubah, lajang-berpacaran-lajang-berpacaran dst.. dengan nama yang berbeda-beda pula. Beuh… kayak piala aja digilir… Dan seluruh dunia tau (minimal orang-orang di daftar friendlistnya), kalo si A sudah “BEKAS” nya si B, si C, si D,…itu membanggakankah? .....hmm……. Sungguh, besar sekali efek yang ditimbulkan media, infotainment, sinetron, film, majalah. Yang berkali-kali memblow up pasangan yang berpacaran, yang digambarkan enak-enak, ada yang memberi perhatian, menemani kemana-mana, ‘yank-yank’ an di wall, biar seluruh dunia tahu,, (haduh….gubyaakksss....) Ini penyakit menurut saya. Bukan perkara pacaran yang ada batasannya ataukah masih nggak neko2, kalo pada yang pengen beralasan. Tapi ini masalah etika, moral dan kebiasaan.


Apa yang anda pikirkan tentang pacaran? Berduaan. Boncengan. Gandengan. Cium-an. Pegang-pegangan. Peluk-pelukan. dan yang sampai pada batas maksimal adalah : mamah-papah an atau uacchh acchh-an...(lebih dari panggilan, tentunya.....) astaghfirullah…... Tidak heran kalau baru saja teman saya, seorang bidan memberi kesaksian langsung pada saya : “Mbak, waktu saya ditugaskan praktek dengan seorang dokter (yang memang sudah buruk imejnya, melayani pasien aborsi), sehari bisa melayani pasien 5-6 orang.”
Bayangkan..! naudzubillah.. Ya Rabb… Dan apa yang mengawali itu semua kebanyakan ? Ya, tepat sekali. Pacaran. dengan level naik seperti yang saya sampaikan tadi.


Menurut pengamatan saya (bukan sebagai pelaku, alhamdulillah, sebab saya menikah sebelum pernah merasakan pacaran yang haram), pacaran ada beberapa macam :

1. Pacaran untuk menikah
Ini masalah niat. Jadi memang sejak awal, berkomitmen untuk menuju jenjang yang lebih ‘serius’. Karena jenjang pacaran ‘kurang serius’. Tapi permasalahannya, tidak sedikit akhirnya tidak berujung pada pernikahan, malah putus di tengah jalan. Memang belum ada data ilmiah berapa persentase yang bisa lanjut, tapi sekali lagi, komitmen ikatan ini lemah. Bisa putus sewaktu2. Kalau begini, statusnya setelah putus tetap ‘mantan pacar’ kan?? masak ‘mantan calon istri/suami?’

2. Pacaran untuk status
Biasanya ini pelakunya ABG. siswa SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Sebab jelas, tidak mungkin niatnya mau menikah. Alasannya untuk teman ngobrol, menambah semangat belajar, kesepian dll (padahal ini hanya kedok, dengan sesama laki-laki atau perempuan sebenarnya juga bisa). Kalau ditanya tentang keseriusan hubungan mereka “Ya, jalani ajalah… kita kan nggak tau apa yang terjadi nanti..”. Waduh, apa bedanya dengan barang ‘sewaan’? Kalo dah bosen, kembalikan aja. Yang lebih kasar lagi, buang aja. Sebab hubungan ini hanya untuk pengakuan. Jaman sekarang jomblo artinya gak laku. Padahal yang benar, ‘barang laku’ itu kalo dibeli. Kalo cuma dicoba berarti tetap belum laku.


3. Pacaran untuk nafsu
Mungkin ini taraf pacaran paling parah. Mencari pasangan hanya untuk memuaskan nafsu saja. naudzubillah.. Komitmen, kesetiaan, perasaan, tidak digunakan sama sekali disini. Saya menjumpai dan mendengarkan secara langsung seorang remaja laki-laki yang terus menerus aktif mengamati perempuan yang dia rasa menarik (secara fisik) untuk dia jadikan pacar. Hanya untuk memuaskan dia. Dan yang jelas setelah bosan, dan pernah merasakan otomatis dia buang. Bahkan dengan terus terang, cowok ini tau mana cewek yang ‘sudah bekas’ ato masih ‘original’. Pastinya, sasaran empuk adalah mereka yang sudah bekas. Dunia yang sangat mengenaskan. Tapi inilah realitanya.


Islam mengatur dengan jelas batasan interaksi laki-laki dan perempuan. Berkali-kali mengatakan bahwa pacaran adalah jembatan untuk berzina. Karena memang benar. 110% benar. Akurat, terpercaya.
Dilihat dari sudut manapun, pacaran adalah gerbang menuju zina. Setan punya banyak cara untuk menggoda manusia. Apalagi dua orang laki2 perempuan bukan muhrim, dalam satu tempat yang sepi.
Awalanya menganggap pegang tangan biasa, kemudian nambah lagi cium pipi biasa, pipi sudah bibir lanjut yang kena. Otomatis kalau sudah ciuman bibir, tangan sang laki-laki akan bergerilya. Terus, dan terus… Sekali mencoba, terlanjur, akhirnya diteruskan saja. Ini sudah klise saya pikir. Tapi tetap saja banyak yang kena. Dan memang, yang haram-haram itu enak. Tapi cuma sementara. Selanjutnya hanyalah rasa bersalah dan ketidak tenangan yang didapat.


Berbanggalah yang tetap berpegang teguh pada prinsip “Pacaran hanya berlaku setelah menikah”. Sebab hingga tiba waktu bertemu jodohnya, dia akan tetap berharga. Jika dikiaskan, ketika diminta memilih, anda memilih BARANG BEKAS, atau BARANG BARU? anda ingin menjadi BEKAS, atau menjadi BARU?



“Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)


wallahu’alam bishowab…

Sabtu, 28 Juli 2012

Kunang-Kunang Senja di Metropolitan


Kunang-Kunang Senja di Metropolitan


Keadilan kini rasanya sulit tuk dicari
Tergantikan oleh nikmatnya korupsi yang merajalela
Seperti seekor kunang-kunang senja di metropolitan
Cobalah kini kau cari sorot lampu metropolitan senja hari, tak ada yang mati
Juga kilau lampu kendaraan tiada henti menyambar sang metropolitan
Bersahut dengan kunang-kunang hanyalah mimpi

Bila singgahi desa seringkali kutemui pelita si kunang-kunang
Kerlap-kerlip tak terhalang sorotan lampu
Bersinar tegas lantang
Keadilan masih dipegang


Depok, 28 Juli 2012
Ayyu Zahara


Minggu, 15 Juli 2012

Love Letter from My Little Sister (Osin)



       Pertama aku berjumpa denganmu ketika aku hendak melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim di masjid sekolah. Sontak seketika itu, aku langsung jatuh hati padamu.Hari berikutnya, aku bergegas ketika panggilan itu datang, ada satu tujuan yang terselip ketika itu, aku sangat ingin berjumpa lagi denganmu.Harapankku terkabul.Tak sengaja tatapan mataku dan matamu bertabrakan saat aku mencuri-curi pandang untuk menggagumi sesuatu yang tersembunyi dalam sejuknya wajahmu.Kau melemparkan senyum ramahmu kepadaku.Aliran darah dalam tubuhku seketika mengalir 2 kali lebih cepat dari biasanya. Jantungku berdegup kencang dan mungkin mukaku merah padam, sama seperti muka pemadam kebakaran yang mencoba menaklukan musuh bebuyutannya. Dengan canggung kubalas senyummu.

     Beberapa hari berlalu, hingga akhirnya aku bisa berkenalan dan tahu siapa kau yang sosoknya ku kagumi hinnga kini.Aku memutuskan untuk masuk ke salah satu “rumah” yang menjadi kediamanmu.Awalnya melangkahkan kaki memasuki “rumah” itu semata-mata karena aku ingin tahu lebih jauh tentang dirimu. Di “rumah” itu,aku berkenalan dengan teman seangkatan namun beda kelas dan beberapa kakak angkatan. Aku di kenalkan tentang berbagai hal tentang “rumah” itu agar nantinya aku bisa menjadi penghuni “rumah” yang baik. Mulai dari adab, adat, penghuni, fungsi dan seluk beluk dari “rumah” itu diperkenalkan pada hari pertamaku duduk di dalam “rumah”. Dari situ, kekagumanku padamu semakin bertambah dan niatku sedikit berotasi yang awalnya hanya ingin dekat denganmu hingga menjadi mantap ingin jadi salah satu penghuni baru “rumah” itu.

       Ada beberapa hal “baru” yang kudengar dan kupelajari dalam “rumah” itu.Pertama adalah akhi, ukhti atau ikhwan akhwat.Itu adalah panggilan yang lazim digunakan untuk penghuni “rumah”. Usut punya usut, akhi, ukhti atau ikhwan akhwat punya arti saudara  laki-laki untuk akhi or ikhwan dan saudara perempuan untuk ukhti or akhwat dalam bahasa arab. Awalnya aneh sih dipanggil dengan sebutan ukhti atau akhwat, bahkan kalo boleh jujur sampe sekarangpun aku belum terlalu nyaman kalau dipanggil ukhti. Hal baru yang kedua adalah budaya salam semut. Jadi budaya salam semut itu adat yang diterapkan ketika kita berjumpa dengan sesama penghuni “rumah” yang “sejenis”. Ada caranya juga loh mempraktekan salam semut. Pertama ucapka salam “assalamualaikum”, kemudian berjabat tangan layaknya pemain bola yang mengawali pertandinga dengan moto “fair play” kemudian dilanjutkan cipika cipiki. Eits ada yang ketinggalan, selama mengadakan ritual salam semut (kesannya kaya magis banget, hehe…) para penghuni “rumah” juga sebaiknya menunujukan senyum simetris, senyum 2 cm kanan 2 cm kiri selama 2 detik. Tapi ngga perlu diukur ko, karena tidak ada petugas keamanan “rumah” yang bakalan mengukur. Apalagi tak ada undang-undang dalam “rumah” yang mewajibkan demikian, dalil yang menjadi dasar ukuran senyum simetris hanya sebaiknya.

          Awalnya sih aneh dan ngrasa ribet, tapi lama-kelamaan asik juga, karena aku bisa tuh sering-sering berjabat tangan dan bercipika cipiki ria dengan kamu. Tapi ada satu yang sedikit menggangguku, ketika kalian memasuki “rumah” biasakan memakai rok ya adik-adik. Begitulah kira-kira wejangan yang diungkapkan mba X. Ribet, itulah kata pertama yang terlintasan dialam pikiranku, karena notabennya aku nda terlalu nyamana kalo suruh pake rok, bahkan ketika itu aku sama sekali tak punya rok selain rok sekolah. Karena ingin jadi penghuni “rumah” yang baik, akumengikuti wejangan beliau.Ketika aku pulang ke”rumah”, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku minta dibeliin rok bebas ke mama.

         Detik berlalu, jam berganti dan haripun tak mau kalah ikut berputar. Lama kelemaan aku bisa memahami “rumah” seperti apayang aku tempati. Aku mulai nyaman menjalankan adat dalam “rumah” dan mengikuti berbagai kegiatan dalam “rumah” baruku itu.Dari “rumah” itu, aku menemukan banyak hal baru dan luarbiasa dalam hidupku. Mulai dari penghuni “rumah” yang luar biasa, yang kalo dalam bahasa biologi itu namanya spesise langka,hehe… kegiatan, pegetahuan yang luar biasa pula yang bisa kugali selama aku menjadi penghuni “rumah” itu.Kekagumanku padamu ternyata tak salah. Ketika aku tahu kamu itu seperti keadaanmu dahulu (dan semoga akan semakin lebih baik,amin..), terluncur kalimat “ko masih ada ya orang kaya gitu” dari mulutku.

        Beberapa bulan berlalu, aku mengokohkan pondasi di hati dan pikiranku untuk seutuhnya masuk dan menjadi penghuni “rumah” yang berusaha merawat danmenjaga“rumah” agar semakin banyak temanku yang mau mampir barang sekejap ke “rumah”ku meski hanya untuk ngadem. Aku ingin apa-apa yang dimilki “rumah” itu mampu memberi manfaat bagi banyak orang, tak hanya bermanfaat bagi orang-orang yang berada di dalam “rumah”. Aku ingin kenyamanan yang kurasakan ketika di dalam “rumah” juga bisa dirasakan oleh teman-teman yang lain. Salah satu cara agar mereka mau mengunjungi “rumah”ku adalah dengan menjaga keutuhan, kebersihan, kerapian, kenyamanan dan keharuman dari “rumah”ku.

         Banyak rintangan yang kuhadapi selama aku diamanahi tugas untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman.Terkadang, sapu yang biasa kugunakan untuk menyapu patah bahkan hilang.Namun itulah seninya, karena seni itu indah, dan disitulah aku bisa menikmati indahnya menjadi salah seorang penghuni“rumah”. Meski aku tahu, usahaku tak 100% berhasil dalam mewujudkan “rumah” yang nyaman bagi teman-teman diluar lingkungan “rumah” bahkan mungkin juga bagi penghuni “rumah” yang lain. Namun harapan untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman itu masih bisa diteruskan oleh penghuni “rumah” yang lain. Ganbate akhifillah… lanjutkan perjuangan untuk menjadikan “rumah” kita menjadi pusat pendidikan dan beristirahat bagi semua orang di sekitar lingkungan “rumah”.Jadikan “rumah” kita sebagai tempat yang seantiasa disinari oleh rahmat dan maghfirohNya. Yakinlah, kita semua akan mendapatkan rumah yang lebih baik kelak ketika kita ikhlas dalam pengabdian kita dalam “rumah” kita. Syukurku panjatkan padamu ya Robb, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, yang telah mengizinkanku masuk kedalam “rumah” itu dan bertemu dengan banyak hal luar biasa yang Kau anugrahkan dalam hari-hariku.

          Awal menjadi penghuni “rumah”, semangat masih membara kaya mahasiswa yang hendak demo menentang aturan yang menurut mereka tidak memihak kepentingan rakyat. Aku masih dengan semangat 45 mengikuti berbagai kegiatan dan agenda yang disepakati oleh tetua “rumah” dan seluruh anggota penghuni “rumah”. Bagiku semuanya sangat menarik dan menyenangkan.Tak dapat kupungkiri, kebersamaan adalah hal yang menjadi unggulan dalam “rumah” kita.Namun bulan berganti bulan, aku mulai sadar ada sesuatu dalam “rumah” yang tak kusukai.

        Seringkali penghuni “rumah” tak taat pada komando tetua “rumah”, hingga akhrinya seringkali system keamanan dalam “rumah” terganggu. Bahkan tak jarang, penghuni “rumah” meninggalkan “rumah” tanpa seizing tetua “rumah”.Dan disinilah titik puncak kejenuhanku sebagai penghuni “rumah”.Aku bosan dan malas untuk mengikuti kegiatan di“rumah”.ada tugas ini bos, mau kerja kelompok,mau pulkam bos, itulah senjata terampuhku untuk kabur dari“rumah”.
Namun setelah resmi menjadi mantan anggota “rumah” itu, aku baru sadar ternyata “rumah” itu adalah “rumah” ke 2 dihidupku. Ketika awal-awal lepas dari tugas “rumah”, aku ngerasa bebas.Tapi kurasa ada yang kurang dalam hari-hariku.Aku merasa ada yang hilang.Ternyata aku rindu suasana “rumah”ku dulu.Aku rindu duduk berlama-lama di dalam “rumah”.aku merindukan apa-apa yang ada di dalam “rumah”.

        Eits, tp ada benernya juga pepatah yang mengatakan mati satu tumbuh seribu. Tergusur dari “rumah”ku disekolah, aku menemukan lagi “rumah” yang indah di luar sana. Kusebut tempat itu sebagai “saung”.Tempatnya emang agak sedikit di luar jangkauanku.Tak sedekat “rumah”ku.Tapi setidaknya itu bisa menjadi tempat istirahat bagiku.“saung” itu begitu sejuk, nyaman, asri dan penuh kreatifitas dari para penghuninya. Mereka sangat welcome pada siapapun yang ingin mengikuti kegiatan di”saung”. Ada banyak ilmu dan orang luar biasa nan kreatif yang kukenal di”saung” itu.“rumah” dan “saung”, kalian adalah tempat luar biasa yang Alloh berikan padaku untuk bertemu dan mengenal penghuninya.

           Thanks for “mu” as mba Ayyu Zahara, u give me big motivation. I am so happycz I ever know u. thanks to kaka angkatan (mb dewi, mb una, ka masda, mb anjani, ka ardi, ka amar, mb isma, mb ci2t, mb mita, ka wisnu, mb nora, mb jijah, mb putri dan mba-mba kaka-kaka yang lain tak mungkin ku sebutkan satu persatu), terimakasih untuk bimbingannya. Tak lupa kuucapkan sukron untuk pendiri “rumah” yang tak pernah kukenal serta kaka diatasku yang tak kujumpai yang mungkin sedang mengindah-indahkan “rumah” lain di luar sana atau mungkin membangun “rumah”-”rumah” sejenis.

          Untuk teman seperjuangan,(pak bos, mbak bos, pak pembesar, puput fatih yasin rifa jijah tetuko sabil fina ombul mita kahfi rifq bang ipul fian siti firda towi dwi dkk) terimakasih kalian telah menggoreskan tinta emas dalam buku perjalanan hidupku. Kalian mengajarkanku banyak hal dan menceritakan hal-hal luar biasa. Untuk adik-adikku tercinta yang masih berjuang untuk “rumah” kita, kalian adalah multivitamin bagiku.Kalian adalah mitokondria yang memberi pasokan energy ketika aku letih dan lesu menghadapi seabreg pekerjaan “rumah”.kalian adalah payung yang melindungiku dari hujan kebosanan. Teruslah berjuang..hamasah!!!!
mba atun di”saung” ashishi, kaulah sang murobbi dalam hidupku. Pak anton, mb yanti, mb lusi, mb yuyun mb ika pak fauzan dan seluruh penghuni “saung”, thanks a lot for the best adventure when I come to “saung”.

          Teruslah semangat untuk mempercantik “rumah” kita. Kuatkan pondasi jika akan membangun “rumah” baru. Aku yakin ada voucher untuk mendapatkan pe”rumah”an ketika kita istikomah meramaikan “rumah” kita. Kita akan berkumpul dalam satu pe”rumah”an beranama Jannah yang memilki 7 kompleks. Hanya dengan melewati jalan dakwahlah kita bisa sampai di pe”rumah”an itu. Menunggangi kendaraan amal soleh dengan pengemudi Muhamad SAW berpegang pada peta Alquran dan kompas Alhadis agar tak tersesat, serta diterangi cahaya ketakwaan dan keistikomahan, qt akan berkumpul di “rumah” bernama JANNAH,amin….

by Osin Hadosin on Tuesday, July 3, 2012 at 11:56am



Allah.. :')
Terharu sekali dek mba bacanya, smg Osin bs jauh lebih baik dr mba..
Syukron jazakillah jg udah bisa mengenal Osin, si mungil yang sllu ceria nan sholihah..
Selamat menjadi pejuang baru di "rumah" baru :)

Uhibbukum fillah yaa RIMA'ers