Laman

In The Name of Allah

In The Name of Allah

Minggu, 29 Juli 2012

Kau Kemanakan Izzah dan Iffahmu ?

Memang terkesan jadul sekali ketika saya ingin posting ilmu ini, namun inilah realitanya. Pemuda dunia kian kemari kian jadul. Hal-hal yang sudah terbukti salah dan dosa, namun enggan untuk ditinggalkan.
Astaghfirullah..

Berikut saya posting tulisan dari Group Jomblo sampai halal, smg bermanfaat.

Memangnya kalo nggak pacaran, kenapa sih?
Penasaran saya.....
Wara wiri di jejaring sosial membuat saya jadi melihat ‘timbul tenggelamnya’ status anak muda jaman sekarang. Status disini bukan postingan, tapi status yang berupa ‘in relationship with, engaged with, married with,..” ato bahasa Indonesianya “berpacaran dengan, bertunangan dengan, menikah dengan..”
apa ya yang dibanggakan oleh orang yang di fb nya terpampang “berpacaran dengan fulan/fulanah” (di luar kasus mereka yang sebenarnya sudah menikah, tapi ingin lebih asyik sengaja memasangnya sebagai ‘berpacaran’). Apakah bangga, apakah keren, apakah terlihat lebih laku daripada mereka yang memasang status ‘lajang’, dengan usia yang masih belasan ato dua puluhan? hmm.. apakah seperti itu membanggakan?

Kalo saya justru menganggap itu bahan olok2an saja. Bayangkan, kalau sebulan statusnya berubah-rubah, lajang-berpacaran-lajang-berpacaran dst.. dengan nama yang berbeda-beda pula. Beuh… kayak piala aja digilir… Dan seluruh dunia tau (minimal orang-orang di daftar friendlistnya), kalo si A sudah “BEKAS” nya si B, si C, si D,…itu membanggakankah? .....hmm……. Sungguh, besar sekali efek yang ditimbulkan media, infotainment, sinetron, film, majalah. Yang berkali-kali memblow up pasangan yang berpacaran, yang digambarkan enak-enak, ada yang memberi perhatian, menemani kemana-mana, ‘yank-yank’ an di wall, biar seluruh dunia tahu,, (haduh….gubyaakksss....) Ini penyakit menurut saya. Bukan perkara pacaran yang ada batasannya ataukah masih nggak neko2, kalo pada yang pengen beralasan. Tapi ini masalah etika, moral dan kebiasaan.


Apa yang anda pikirkan tentang pacaran? Berduaan. Boncengan. Gandengan. Cium-an. Pegang-pegangan. Peluk-pelukan. dan yang sampai pada batas maksimal adalah : mamah-papah an atau uacchh acchh-an...(lebih dari panggilan, tentunya.....) astaghfirullah…... Tidak heran kalau baru saja teman saya, seorang bidan memberi kesaksian langsung pada saya : “Mbak, waktu saya ditugaskan praktek dengan seorang dokter (yang memang sudah buruk imejnya, melayani pasien aborsi), sehari bisa melayani pasien 5-6 orang.”
Bayangkan..! naudzubillah.. Ya Rabb… Dan apa yang mengawali itu semua kebanyakan ? Ya, tepat sekali. Pacaran. dengan level naik seperti yang saya sampaikan tadi.


Menurut pengamatan saya (bukan sebagai pelaku, alhamdulillah, sebab saya menikah sebelum pernah merasakan pacaran yang haram), pacaran ada beberapa macam :

1. Pacaran untuk menikah
Ini masalah niat. Jadi memang sejak awal, berkomitmen untuk menuju jenjang yang lebih ‘serius’. Karena jenjang pacaran ‘kurang serius’. Tapi permasalahannya, tidak sedikit akhirnya tidak berujung pada pernikahan, malah putus di tengah jalan. Memang belum ada data ilmiah berapa persentase yang bisa lanjut, tapi sekali lagi, komitmen ikatan ini lemah. Bisa putus sewaktu2. Kalau begini, statusnya setelah putus tetap ‘mantan pacar’ kan?? masak ‘mantan calon istri/suami?’

2. Pacaran untuk status
Biasanya ini pelakunya ABG. siswa SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Sebab jelas, tidak mungkin niatnya mau menikah. Alasannya untuk teman ngobrol, menambah semangat belajar, kesepian dll (padahal ini hanya kedok, dengan sesama laki-laki atau perempuan sebenarnya juga bisa). Kalau ditanya tentang keseriusan hubungan mereka “Ya, jalani ajalah… kita kan nggak tau apa yang terjadi nanti..”. Waduh, apa bedanya dengan barang ‘sewaan’? Kalo dah bosen, kembalikan aja. Yang lebih kasar lagi, buang aja. Sebab hubungan ini hanya untuk pengakuan. Jaman sekarang jomblo artinya gak laku. Padahal yang benar, ‘barang laku’ itu kalo dibeli. Kalo cuma dicoba berarti tetap belum laku.


3. Pacaran untuk nafsu
Mungkin ini taraf pacaran paling parah. Mencari pasangan hanya untuk memuaskan nafsu saja. naudzubillah.. Komitmen, kesetiaan, perasaan, tidak digunakan sama sekali disini. Saya menjumpai dan mendengarkan secara langsung seorang remaja laki-laki yang terus menerus aktif mengamati perempuan yang dia rasa menarik (secara fisik) untuk dia jadikan pacar. Hanya untuk memuaskan dia. Dan yang jelas setelah bosan, dan pernah merasakan otomatis dia buang. Bahkan dengan terus terang, cowok ini tau mana cewek yang ‘sudah bekas’ ato masih ‘original’. Pastinya, sasaran empuk adalah mereka yang sudah bekas. Dunia yang sangat mengenaskan. Tapi inilah realitanya.


Islam mengatur dengan jelas batasan interaksi laki-laki dan perempuan. Berkali-kali mengatakan bahwa pacaran adalah jembatan untuk berzina. Karena memang benar. 110% benar. Akurat, terpercaya.
Dilihat dari sudut manapun, pacaran adalah gerbang menuju zina. Setan punya banyak cara untuk menggoda manusia. Apalagi dua orang laki2 perempuan bukan muhrim, dalam satu tempat yang sepi.
Awalanya menganggap pegang tangan biasa, kemudian nambah lagi cium pipi biasa, pipi sudah bibir lanjut yang kena. Otomatis kalau sudah ciuman bibir, tangan sang laki-laki akan bergerilya. Terus, dan terus… Sekali mencoba, terlanjur, akhirnya diteruskan saja. Ini sudah klise saya pikir. Tapi tetap saja banyak yang kena. Dan memang, yang haram-haram itu enak. Tapi cuma sementara. Selanjutnya hanyalah rasa bersalah dan ketidak tenangan yang didapat.


Berbanggalah yang tetap berpegang teguh pada prinsip “Pacaran hanya berlaku setelah menikah”. Sebab hingga tiba waktu bertemu jodohnya, dia akan tetap berharga. Jika dikiaskan, ketika diminta memilih, anda memilih BARANG BEKAS, atau BARANG BARU? anda ingin menjadi BEKAS, atau menjadi BARU?



“Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)


wallahu’alam bishowab…

Sabtu, 28 Juli 2012

Kunang-Kunang Senja di Metropolitan


Kunang-Kunang Senja di Metropolitan


Keadilan kini rasanya sulit tuk dicari
Tergantikan oleh nikmatnya korupsi yang merajalela
Seperti seekor kunang-kunang senja di metropolitan
Cobalah kini kau cari sorot lampu metropolitan senja hari, tak ada yang mati
Juga kilau lampu kendaraan tiada henti menyambar sang metropolitan
Bersahut dengan kunang-kunang hanyalah mimpi

Bila singgahi desa seringkali kutemui pelita si kunang-kunang
Kerlap-kerlip tak terhalang sorotan lampu
Bersinar tegas lantang
Keadilan masih dipegang


Depok, 28 Juli 2012
Ayyu Zahara


Minggu, 15 Juli 2012

Love Letter from My Little Sister (Osin)



       Pertama aku berjumpa denganmu ketika aku hendak melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim di masjid sekolah. Sontak seketika itu, aku langsung jatuh hati padamu.Hari berikutnya, aku bergegas ketika panggilan itu datang, ada satu tujuan yang terselip ketika itu, aku sangat ingin berjumpa lagi denganmu.Harapankku terkabul.Tak sengaja tatapan mataku dan matamu bertabrakan saat aku mencuri-curi pandang untuk menggagumi sesuatu yang tersembunyi dalam sejuknya wajahmu.Kau melemparkan senyum ramahmu kepadaku.Aliran darah dalam tubuhku seketika mengalir 2 kali lebih cepat dari biasanya. Jantungku berdegup kencang dan mungkin mukaku merah padam, sama seperti muka pemadam kebakaran yang mencoba menaklukan musuh bebuyutannya. Dengan canggung kubalas senyummu.

     Beberapa hari berlalu, hingga akhirnya aku bisa berkenalan dan tahu siapa kau yang sosoknya ku kagumi hinnga kini.Aku memutuskan untuk masuk ke salah satu “rumah” yang menjadi kediamanmu.Awalnya melangkahkan kaki memasuki “rumah” itu semata-mata karena aku ingin tahu lebih jauh tentang dirimu. Di “rumah” itu,aku berkenalan dengan teman seangkatan namun beda kelas dan beberapa kakak angkatan. Aku di kenalkan tentang berbagai hal tentang “rumah” itu agar nantinya aku bisa menjadi penghuni “rumah” yang baik. Mulai dari adab, adat, penghuni, fungsi dan seluk beluk dari “rumah” itu diperkenalkan pada hari pertamaku duduk di dalam “rumah”. Dari situ, kekagumanku padamu semakin bertambah dan niatku sedikit berotasi yang awalnya hanya ingin dekat denganmu hingga menjadi mantap ingin jadi salah satu penghuni baru “rumah” itu.

       Ada beberapa hal “baru” yang kudengar dan kupelajari dalam “rumah” itu.Pertama adalah akhi, ukhti atau ikhwan akhwat.Itu adalah panggilan yang lazim digunakan untuk penghuni “rumah”. Usut punya usut, akhi, ukhti atau ikhwan akhwat punya arti saudara  laki-laki untuk akhi or ikhwan dan saudara perempuan untuk ukhti or akhwat dalam bahasa arab. Awalnya aneh sih dipanggil dengan sebutan ukhti atau akhwat, bahkan kalo boleh jujur sampe sekarangpun aku belum terlalu nyaman kalau dipanggil ukhti. Hal baru yang kedua adalah budaya salam semut. Jadi budaya salam semut itu adat yang diterapkan ketika kita berjumpa dengan sesama penghuni “rumah” yang “sejenis”. Ada caranya juga loh mempraktekan salam semut. Pertama ucapka salam “assalamualaikum”, kemudian berjabat tangan layaknya pemain bola yang mengawali pertandinga dengan moto “fair play” kemudian dilanjutkan cipika cipiki. Eits ada yang ketinggalan, selama mengadakan ritual salam semut (kesannya kaya magis banget, hehe…) para penghuni “rumah” juga sebaiknya menunujukan senyum simetris, senyum 2 cm kanan 2 cm kiri selama 2 detik. Tapi ngga perlu diukur ko, karena tidak ada petugas keamanan “rumah” yang bakalan mengukur. Apalagi tak ada undang-undang dalam “rumah” yang mewajibkan demikian, dalil yang menjadi dasar ukuran senyum simetris hanya sebaiknya.

          Awalnya sih aneh dan ngrasa ribet, tapi lama-kelamaan asik juga, karena aku bisa tuh sering-sering berjabat tangan dan bercipika cipiki ria dengan kamu. Tapi ada satu yang sedikit menggangguku, ketika kalian memasuki “rumah” biasakan memakai rok ya adik-adik. Begitulah kira-kira wejangan yang diungkapkan mba X. Ribet, itulah kata pertama yang terlintasan dialam pikiranku, karena notabennya aku nda terlalu nyamana kalo suruh pake rok, bahkan ketika itu aku sama sekali tak punya rok selain rok sekolah. Karena ingin jadi penghuni “rumah” yang baik, akumengikuti wejangan beliau.Ketika aku pulang ke”rumah”, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku minta dibeliin rok bebas ke mama.

         Detik berlalu, jam berganti dan haripun tak mau kalah ikut berputar. Lama kelemaan aku bisa memahami “rumah” seperti apayang aku tempati. Aku mulai nyaman menjalankan adat dalam “rumah” dan mengikuti berbagai kegiatan dalam “rumah” baruku itu.Dari “rumah” itu, aku menemukan banyak hal baru dan luarbiasa dalam hidupku. Mulai dari penghuni “rumah” yang luar biasa, yang kalo dalam bahasa biologi itu namanya spesise langka,hehe… kegiatan, pegetahuan yang luar biasa pula yang bisa kugali selama aku menjadi penghuni “rumah” itu.Kekagumanku padamu ternyata tak salah. Ketika aku tahu kamu itu seperti keadaanmu dahulu (dan semoga akan semakin lebih baik,amin..), terluncur kalimat “ko masih ada ya orang kaya gitu” dari mulutku.

        Beberapa bulan berlalu, aku mengokohkan pondasi di hati dan pikiranku untuk seutuhnya masuk dan menjadi penghuni “rumah” yang berusaha merawat danmenjaga“rumah” agar semakin banyak temanku yang mau mampir barang sekejap ke “rumah”ku meski hanya untuk ngadem. Aku ingin apa-apa yang dimilki “rumah” itu mampu memberi manfaat bagi banyak orang, tak hanya bermanfaat bagi orang-orang yang berada di dalam “rumah”. Aku ingin kenyamanan yang kurasakan ketika di dalam “rumah” juga bisa dirasakan oleh teman-teman yang lain. Salah satu cara agar mereka mau mengunjungi “rumah”ku adalah dengan menjaga keutuhan, kebersihan, kerapian, kenyamanan dan keharuman dari “rumah”ku.

         Banyak rintangan yang kuhadapi selama aku diamanahi tugas untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman.Terkadang, sapu yang biasa kugunakan untuk menyapu patah bahkan hilang.Namun itulah seninya, karena seni itu indah, dan disitulah aku bisa menikmati indahnya menjadi salah seorang penghuni“rumah”. Meski aku tahu, usahaku tak 100% berhasil dalam mewujudkan “rumah” yang nyaman bagi teman-teman diluar lingkungan “rumah” bahkan mungkin juga bagi penghuni “rumah” yang lain. Namun harapan untuk mewujudkan “rumah” yang nyaman itu masih bisa diteruskan oleh penghuni “rumah” yang lain. Ganbate akhifillah… lanjutkan perjuangan untuk menjadikan “rumah” kita menjadi pusat pendidikan dan beristirahat bagi semua orang di sekitar lingkungan “rumah”.Jadikan “rumah” kita sebagai tempat yang seantiasa disinari oleh rahmat dan maghfirohNya. Yakinlah, kita semua akan mendapatkan rumah yang lebih baik kelak ketika kita ikhlas dalam pengabdian kita dalam “rumah” kita. Syukurku panjatkan padamu ya Robb, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, yang telah mengizinkanku masuk kedalam “rumah” itu dan bertemu dengan banyak hal luar biasa yang Kau anugrahkan dalam hari-hariku.

          Awal menjadi penghuni “rumah”, semangat masih membara kaya mahasiswa yang hendak demo menentang aturan yang menurut mereka tidak memihak kepentingan rakyat. Aku masih dengan semangat 45 mengikuti berbagai kegiatan dan agenda yang disepakati oleh tetua “rumah” dan seluruh anggota penghuni “rumah”. Bagiku semuanya sangat menarik dan menyenangkan.Tak dapat kupungkiri, kebersamaan adalah hal yang menjadi unggulan dalam “rumah” kita.Namun bulan berganti bulan, aku mulai sadar ada sesuatu dalam “rumah” yang tak kusukai.

        Seringkali penghuni “rumah” tak taat pada komando tetua “rumah”, hingga akhrinya seringkali system keamanan dalam “rumah” terganggu. Bahkan tak jarang, penghuni “rumah” meninggalkan “rumah” tanpa seizing tetua “rumah”.Dan disinilah titik puncak kejenuhanku sebagai penghuni “rumah”.Aku bosan dan malas untuk mengikuti kegiatan di“rumah”.ada tugas ini bos, mau kerja kelompok,mau pulkam bos, itulah senjata terampuhku untuk kabur dari“rumah”.
Namun setelah resmi menjadi mantan anggota “rumah” itu, aku baru sadar ternyata “rumah” itu adalah “rumah” ke 2 dihidupku. Ketika awal-awal lepas dari tugas “rumah”, aku ngerasa bebas.Tapi kurasa ada yang kurang dalam hari-hariku.Aku merasa ada yang hilang.Ternyata aku rindu suasana “rumah”ku dulu.Aku rindu duduk berlama-lama di dalam “rumah”.aku merindukan apa-apa yang ada di dalam “rumah”.

        Eits, tp ada benernya juga pepatah yang mengatakan mati satu tumbuh seribu. Tergusur dari “rumah”ku disekolah, aku menemukan lagi “rumah” yang indah di luar sana. Kusebut tempat itu sebagai “saung”.Tempatnya emang agak sedikit di luar jangkauanku.Tak sedekat “rumah”ku.Tapi setidaknya itu bisa menjadi tempat istirahat bagiku.“saung” itu begitu sejuk, nyaman, asri dan penuh kreatifitas dari para penghuninya. Mereka sangat welcome pada siapapun yang ingin mengikuti kegiatan di”saung”. Ada banyak ilmu dan orang luar biasa nan kreatif yang kukenal di”saung” itu.“rumah” dan “saung”, kalian adalah tempat luar biasa yang Alloh berikan padaku untuk bertemu dan mengenal penghuninya.

           Thanks for “mu” as mba Ayyu Zahara, u give me big motivation. I am so happycz I ever know u. thanks to kaka angkatan (mb dewi, mb una, ka masda, mb anjani, ka ardi, ka amar, mb isma, mb ci2t, mb mita, ka wisnu, mb nora, mb jijah, mb putri dan mba-mba kaka-kaka yang lain tak mungkin ku sebutkan satu persatu), terimakasih untuk bimbingannya. Tak lupa kuucapkan sukron untuk pendiri “rumah” yang tak pernah kukenal serta kaka diatasku yang tak kujumpai yang mungkin sedang mengindah-indahkan “rumah” lain di luar sana atau mungkin membangun “rumah”-”rumah” sejenis.

          Untuk teman seperjuangan,(pak bos, mbak bos, pak pembesar, puput fatih yasin rifa jijah tetuko sabil fina ombul mita kahfi rifq bang ipul fian siti firda towi dwi dkk) terimakasih kalian telah menggoreskan tinta emas dalam buku perjalanan hidupku. Kalian mengajarkanku banyak hal dan menceritakan hal-hal luar biasa. Untuk adik-adikku tercinta yang masih berjuang untuk “rumah” kita, kalian adalah multivitamin bagiku.Kalian adalah mitokondria yang memberi pasokan energy ketika aku letih dan lesu menghadapi seabreg pekerjaan “rumah”.kalian adalah payung yang melindungiku dari hujan kebosanan. Teruslah berjuang..hamasah!!!!
mba atun di”saung” ashishi, kaulah sang murobbi dalam hidupku. Pak anton, mb yanti, mb lusi, mb yuyun mb ika pak fauzan dan seluruh penghuni “saung”, thanks a lot for the best adventure when I come to “saung”.

          Teruslah semangat untuk mempercantik “rumah” kita. Kuatkan pondasi jika akan membangun “rumah” baru. Aku yakin ada voucher untuk mendapatkan pe”rumah”an ketika kita istikomah meramaikan “rumah” kita. Kita akan berkumpul dalam satu pe”rumah”an beranama Jannah yang memilki 7 kompleks. Hanya dengan melewati jalan dakwahlah kita bisa sampai di pe”rumah”an itu. Menunggangi kendaraan amal soleh dengan pengemudi Muhamad SAW berpegang pada peta Alquran dan kompas Alhadis agar tak tersesat, serta diterangi cahaya ketakwaan dan keistikomahan, qt akan berkumpul di “rumah” bernama JANNAH,amin….

by Osin Hadosin on Tuesday, July 3, 2012 at 11:56am



Allah.. :')
Terharu sekali dek mba bacanya, smg Osin bs jauh lebih baik dr mba..
Syukron jazakillah jg udah bisa mengenal Osin, si mungil yang sllu ceria nan sholihah..
Selamat menjadi pejuang baru di "rumah" baru :)

Uhibbukum fillah yaa RIMA'ers

Senin, 02 Juli 2012

Sepucuk Rindu untuk Aurora


Padamu sang pipi merah merona 
Hadir kembali membangkitkan asa 
Menemuimu dalam bentang padi di sawah 
Bercanda tawa saling kejar 
Menyapa para petani yang bahagia 
Memanen jeri payah mereka 

Padamu sang pipi merah merona 
Auramu pancarkan kerinduan 
Setiap helai rambutmu masih kuingat 
Panjang melambai seperti hendak menyibakkan kata ceriamu 
Bernyanyi dalam ruang tak bersekat 
Berdua 

Padamu sang pipi merah merona 
Duduk kau pada sebuah kursi roda 
Tak ada lagi kata hendak kau ucap 
Memandangku pun tidak 
Ini akhir kau candai aku 
Kangker otak telah rajaimu 
Hingga tak lagi sempat kau kejarku dalam bentang padi di sawah 

Padamu sang pipi merah merona 
Petani kini masih bahagia 
Memanen jerih payah mereka 
Meski tak ada lagi dua bocah berkejaran 

Nafasmu kini telah tiada 
Namun pipi merah merona masih setia menemaniku dalam catatan ini 
Aurora.... 

Depok, Ayyu Zahara

Minggu, 01 Juli 2012

Ingin Jadi Hafidz (?)

Ingin jadi hafidz (?) Bisa ngga ya.... 
Pernah ngga sih kamu ditantang oleh seseorang, of course pasti pernah donk. Kalau ditantang jadi hafidz ?
Jadi ceritanya gini, waktu bulan Juni kemarin, saat saya sedang liqo, tersebutlah sebuah kabar. Kabar apa coba ? terereng -> teman seliqo-an saya yang bernama Diah mau walimatul 'urs alias merried alias menikah. Kaget bercampur senaang. Tahu sendiri lah, namanya orang mau menikah, pasti obrolannya langsung ngalor ngidul. Tapi yang ini beda, ngalor ngidulnya itu kudu didengar dan dipahami. Wah, target hidupnya macem-macem banget yang ingin dia capai setelah menikah nanti, bikin teman-teman seliqo-an pada mupeng (bukan mupeng untuk menikah, tapi mupeng sama target hidupnya itu :D #masasih). Salah satu targetnya yaitu jadi hafidz waktu wisuda sarjana...
Huaahh MasyaAllah deh neng geulis yang satu ini. Katanya, "Kan setelah menikah nanti udah ada yang menyemangati, jadi harus semangat juga buat khatamin hafalan Al-Qur'an."

Eh, tiba-tiba dia menantang saya, besok waktu wisuda sarjana, wisuda 30 juz juga yuk..
Otak saya langsung berputar berkali-kali. Bisa ngga ya. Saya sebenarnya tipikal orang yang sangat amat sulit untuk menghafal, terbukti dulu mata ajar biologi saya waktu SMA nilainya sangat jeblok berbeda dengan Mat, Fisika dan Kimia (eh kok malah buka aib tha). Tapi saya tak pernah mau menyerah. Tahu kan pembaca, waktu saya ditantang seperti itu oleh teman saya, saya tuh lagi malarindu kuat-kuatnya sama Bapak Ibu di rumah, walhasil malarindu saya semakin menjadi. Kenapa ? Karena banyak org yg sdh bs memberikan mahkota emas untuk orang tuanya. Tp saya ? Kapan ? Semakin berputar-putar deh nih kepala.
Kalau kata Ana, teman seliqo-an saya yang satu lagi, "Ukh, kita itu ngga bisa fifti2 antara kesenangan dunia sama intensif dengan Al-Qur'an" (Jadi mikir, kesenangan dunia saya apa aja ya, 1 2 3, wahh banyak), "Kalau kita udah mau berhubungan serius dengan Al-Qur'an, mau ga mau harus bisa meninggalkan kesenangan dunia" , "Ukh, pernah ada seorang ustadz, dulunya rocker setelah ada keinginan jadi hafidz dia langsung bersedia meninggalkan dunia rock-nya.. Sekarang udah jadi hafidz. Dahsyat Ukh!!"
Huahh, saya jadi terkagum-kagum nih sama perjuangan ustadz yang diceritain Ana.
Nah, itu adalah pilihan yang harus dipilih. Mau tdk mau. Siap tdk siap. Jika telah berniat maka pilihlah dan lakukanlah !! Saya juga mau, sangat mau.. Kelak dapat memasangkan mahkota emas untuk orang tua :). Haduuh, jadi makin malarindu kan sekarang.



Begini nih hebatnya kalau lagi kumpul sama teman seliqo-an. Apapun pembicaraannya, ujung-ujungnya ada hikmah yang terucap.
Lho kok malah ngomongin liqo-an, tantangannya bagaimana Mbakyu ?
#ikhtiar