Laman

In The Name of Allah

In The Name of Allah

Jumat, 03 November 2023

Menilik Makna Akal : Lubb, Fuad, dan Nafs

Menilik Makna Akal : Lubb,  Fuad, dan Nafs

Oleh Ayyu Zahara


Akal berasal dari bahasa arab dari kata ‘aql yakni merupakan komponen ruhani manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan hal yang benar dan yang salah, serta berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan dan menganalisa sesuatu sesuai dengan tingkat pengalaman dan tingkat pendidikan setiap manusia.

Lubb, fuad dan nafs merupakan interpretasi dari akal yang memiliki cakupan makna yang luas dan berbeda.


Makna Lubb

Al-Haroli dalam Daar al-kitab al islami mengemukkan bahwa lubb adalah akal bagian dalam yang dapat memperhatikan perintah Allah pada perkara-perkara yang terlihat. Lubb juga merupakan akal bagian luar yang dapat menyingkap hakikat ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

Menurut Muhammad Abdullah Al Syarqawi, kata lubb disebutkan sebanyak 16 kali di dalam Al Quran, namun hanya di sebutkan dalam bentuk kata jamak yang disandarkan pada pemiliknya, yaitu dengan kata ulul albab yang artinya orang 0rang yang memiliki lubb.

Surah dalam Al-Quran yang menyebutkan kata lubb yaitu :

  • -         Q.S. Al – Baqarah : 179, 197, 269
  • -         Q.S. Ali Imran : 7, 190
  • -         Q.S. Al Maidah : 100
  • -         Q.S. Ar Ra’d : 19
  • -         Q.S. Taha : 54
  • -         Q.S. Az Zumar : 9, 18, 21
  • -         Q.S. Yusuf : 111
  • -         Q.S. Ibrahim : 52
  • -         Q.S. Sad : 29, 43
  • -         Q.S. Al – Mu’min : 54
  • -         Q.S. At Talaq : 10

Lubb memiliki makna lebih tinggi dari akal, karena lubb memiliki fungsi seperti yang dimiliki akal berupa berpikir dan merenung, juga secara khusus berfungsi sebagai tazakkur (berdzikir) yang didalamnya terdapat hikmah (kebijaksanaan), cahaya dan hidayah atau petunjuk yang dilimpahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala pada lubb seorang manusia karena keimanan yang ada pada diri manusia tersebut.


Makna Fuad

Fuād adalah bagian dari hati yang berkaitan dengan makrifat. Fuād dapat diartikan sebagai tempat melihat dan bagian hati adalah pengetahuannya.

Dalam bahasa Arab kata fu’ad berarti hati. Ada juga yang mengatakan akal, namun letaknya lebih dalam dari hati. Sehingga kata fu’ad biasa dikatakan sebagai hati yang lebih dalam. Fu’ad memiliki peran intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya. Potensi ini cenderung dan selalu merujuk pada objektivitas, kejujuran dan jauh dari sikap berbohong.

 

Makna Nafs

Kata nafs dalam Al-Qur‟an mempunyai beberapa makna, salah satunya diartikan sebagai totalitas manusia, yang terdapat dalam diri seseorang untuk menghasilkan tingkah laku.

Nafs berfungsi untuk menampung dan mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan keburukan.

Menurut Musa Asyarie yang dimaksud dengan nafs adalah makhluk ciptaan Allah  termasuk makhluk hidup, ciri khusus nafs adalah bernafas, sebagai tanda dari kehidupan dan keberadaannya yang menyatu dengan unsur kimiawi, dan dari unsur tanah dan air.

Allah Subhanahu Wa ta'ala menerangkan dalam Al-Qur'an, bahwa nafs diciptakan dalam keadaan sempurna, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. As-Syam: 7-8 yang artinya : Demi nafs serta penyempurna ciptaannya, Allah telah mengilhamkan kepadanya kebaikan dan ketakwaan.

Menurut Abdurrahman Marhaban, cara kerja nafs hanya dapat diamati melalui tingkah laku manusia. Adapun pengertian nafs di sini meliputi seluruh aspek rohani yang dimiliki oleh manusia, antara lain: hati, akal, pikiran dan perasaan.

Dalam kitab Lîsan Al-Arâb, Ibnu Manzur menjelaskan bahwa kata nafs dalam bahasa Arab digunakan dalam dua pengertian yakni nafs dalam pengertian nyawa, dan nafs yang mengandung makna keseluruhan dari sesuatu dan hakikatnya menunjuk kepada diri pribadi. Setiap manusia memiliki dua nafs, nafs akal dan nafs roh. Hilangnya nafs akal akan menyebabkan manusia tidak dapat berpikir namun ia tetap hidup, hal ini dapat kita lihat ketika manusia sedang dalam keadaan tidur. Sedangkan hilangnya nafs roh, menyebabkan hilangnya kehidupan.


Macam-Macam Nafs dalam Al-Qur’an

a. Nafs Ammarâh Bissu

Nafs ini selalu melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau menentang, bahkan patuh dan tunduk kepada nafsu syahwat dan panggilan syaitan, Ini adalah ciri khas nafs ammarah, Ia membawa manusia kepada keburukan yang bertentangan dengan kesempurnaannya serta bertolak belakang dari keadaan akhlaknya dan ia menginginkan manusia supaya berjalan pada jalan yang tidak baik dan buruk

 

b. Nafs Lawwamah

Nafs ini belum sempurna ketenangannya karena selalu menentang atau melawan kejahatan tetapi suatu saat teledor dan lalai berbakti kepada Allah, sehingga dicela dan disesalinya

 

c. Nafs Muthmainnah

Nafs ini tenang pada suatu hal dan jauh dari kegoncangan yang disebabkan oleh bermacam- macam tantangan dan dari bisikan setan. Dikatakan juga nafs yang tenang nafs yang telah menerima pencerahan, ketenangan dan kedamaian, sebab telah terlepas dari pengaruh hawa nafsu materi, hewani, dan kemakhlukan. Dengan nafsu yang tenang manusia akan kembali kepada-Nya dengan puas diridhoi-Nya.


Daftar Pustaka

Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur‟ân: Tafsîr Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina,1996, hal. 210

Muhammad Abdur Rahman Marhaban, Min Al-Falsafah Al-Yunaniyah Ilâ Al Filsafah, hal. 601.

Musa Asyarie, Filsafat Hidup Manusia, Surabaya: Putra Pelajar, 2003, hal. 30.