Menilik Makna Akal : Lubb, Fuad, dan Nafs
Oleh Ayyu Zahara
Akal berasal dari bahasa arab dari kata ‘aql yakni merupakan komponen ruhani manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan hal yang benar dan yang salah, serta berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan dan menganalisa sesuatu sesuai dengan tingkat pengalaman dan tingkat pendidikan setiap manusia.
Lubb, fuad dan nafs merupakan interpretasi dari akal yang memiliki cakupan makna yang luas dan berbeda.
Makna Lubb
Al-Haroli dalam Daar al-kitab al islami mengemukkan bahwa lubb adalah akal bagian dalam yang dapat memperhatikan perintah Allah pada perkara-perkara yang terlihat. Lubb juga merupakan akal bagian luar yang dapat menyingkap hakikat ciptaan-ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
Menurut Muhammad Abdullah Al Syarqawi, kata lubb disebutkan sebanyak 16
kali di dalam Al Quran, namun hanya di sebutkan dalam bentuk kata jamak yang
disandarkan pada pemiliknya, yaitu dengan kata ulul albab yang artinya orang 0rang yang
memiliki lubb.
Surah dalam Al-Quran yang menyebutkan kata lubb yaitu :
- -
Q.S.
Al – Baqarah : 179, 197, 269
- -
Q.S.
Ali Imran : 7, 190
- -
Q.S.
Al Maidah : 100
- -
Q.S.
Ar Ra’d : 19
- -
Q.S.
Taha : 54
- -
Q.S.
Az Zumar : 9, 18, 21
- -
Q.S.
Yusuf : 111
- -
Q.S.
Ibrahim : 52
- -
Q.S.
Sad : 29, 43
- -
Q.S.
Al – Mu’min : 54
- - Q.S. At Talaq : 10
Lubb memiliki makna lebih tinggi dari
akal, karena lubb memiliki fungsi
seperti yang dimiliki akal berupa berpikir dan merenung, juga secara khusus
berfungsi sebagai tazakkur (berdzikir) yang didalamnya terdapat hikmah
(kebijaksanaan), cahaya dan hidayah atau petunjuk yang dilimpahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala pada
lubb seorang manusia karena keimanan yang ada pada diri manusia tersebut.
Makna Fuad
Fuād adalah bagian dari
hati yang berkaitan dengan makrifat. Fuād dapat diartikan sebagai tempat melihat dan bagian hati
adalah pengetahuannya.
Dalam bahasa Arab kata
fu’ad berarti hati. Ada juga yang mengatakan akal, namun letaknya lebih dalam
dari hati. Sehingga kata fu’ad biasa dikatakan sebagai hati yang lebih dalam. Fu’ad memiliki peran intelektual yang jujur kepada apa yang dilihatnya.
Potensi ini cenderung dan selalu merujuk pada objektivitas, kejujuran dan jauh
dari sikap berbohong.
Makna Nafs
Kata nafs dalam Al-Qur‟an mempunyai beberapa makna, salah
satunya diartikan sebagai totalitas manusia, yang terdapat dalam diri seseorang
untuk menghasilkan tingkah laku.
Nafs berfungsi untuk menampung dan mendorong manusia untuk
berbuat kebaikan dan keburukan.
Menurut Musa Asyarie yang dimaksud dengan nafs adalah makhluk ciptaan Allah termasuk makhluk hidup, ciri khusus nafs adalah bernafas, sebagai tanda dari kehidupan dan keberadaannya yang menyatu dengan unsur kimiawi, dan dari unsur tanah dan air.
Allah Subhanahu Wa ta'ala menerangkan dalam Al-Qur'an, bahwa nafs diciptakan dalam keadaan sempurna, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. As-Syam: 7-8 yang artinya : Demi nafs serta penyempurna ciptaannya, Allah telah mengilhamkan kepadanya kebaikan dan ketakwaan.
Menurut Abdurrahman Marhaban, cara kerja nafs hanya dapat diamati melalui tingkah laku manusia. Adapun pengertian nafs di sini meliputi seluruh aspek rohani yang dimiliki oleh manusia, antara lain: hati, akal, pikiran dan perasaan.
Dalam kitab Lîsan Al-Arâb, Ibnu Manzur menjelaskan bahwa kata nafs dalam bahasa Arab digunakan dalam dua pengertian yakni nafs dalam pengertian nyawa, dan nafs yang mengandung makna keseluruhan dari sesuatu dan hakikatnya menunjuk kepada diri pribadi. Setiap manusia memiliki dua nafs, nafs akal dan nafs roh. Hilangnya nafs akal akan menyebabkan manusia tidak dapat berpikir namun ia tetap hidup, hal ini dapat kita lihat ketika manusia sedang dalam keadaan tidur. Sedangkan hilangnya nafs roh, menyebabkan hilangnya kehidupan.
Macam-Macam Nafs dalam Al-Qur’an
a. Nafs Ammarâh Bissu
Nafs
ini selalu melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau menentang, bahkan patuh
dan tunduk kepada nafsu syahwat dan panggilan syaitan, Ini adalah ciri khas
nafs ammarah, Ia membawa manusia kepada keburukan yang bertentangan dengan
kesempurnaannya serta bertolak belakang dari keadaan akhlaknya dan ia
menginginkan manusia supaya berjalan pada jalan yang tidak baik dan buruk
b. Nafs Lawwamah
Nafs ini belum sempurna ketenangannya karena
selalu menentang atau melawan kejahatan tetapi suatu saat teledor dan lalai
berbakti kepada Allah, sehingga dicela dan disesalinya
c. Nafs Muthmainnah
Nafs ini tenang pada suatu hal dan jauh
dari kegoncangan yang disebabkan oleh bermacam- macam tantangan dan dari
bisikan setan. Dikatakan juga nafs yang tenang nafs yang telah menerima
pencerahan, ketenangan dan kedamaian, sebab telah terlepas dari pengaruh hawa
nafsu materi, hewani, dan kemakhlukan. Dengan nafsu yang tenang manusia akan
kembali kepada-Nya dengan puas diridhoi-Nya.
Daftar Pustaka
Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-Qur‟ân: Tafsîr Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina,1996, hal. 210
Muhammad Abdur Rahman Marhaban, Min Al-Falsafah Al-Yunaniyah Ilâ Al Filsafah, hal. 601.
Musa Asyarie, Filsafat Hidup Manusia, Surabaya: Putra Pelajar,
2003, hal. 30.